Minggu, 07 November 2010

Channel page - Channel Bulletins

Channel page - Channel Bulletins

DIRIKU, SAUDARAKU DAN TUHAN

Saudaraku … ?
Disela tebalnya debu dan gemuruhnya batu kau menjerit-jerit …
Diantara ribuan wajahmu berkabut, saat terdengar gemuruh dan gelegar
Letusan gunung berapi …Ombak dan badai banjir yang menggulung ...
Bumi yang longsor menerpa …
Rumah huni dan tanah kehidupanmu, hancur tinggal puing dan arang
Wahai Tuhan dengarkanlah jeritan mereka … ?

Tuhan hentikanlah cerita penderitaan pada saudara kami disana ...
Mereka adalah orang yang tak pernah hidup manja
Tak bercela dan tak ternista …
Tuhan wahai Engkau dzat yang Maha Adil dan Bijaksana
Tolong penderitaan saudara-saudara kami
Yang di Merapi, Wasior, Mentawai pindahkan ketempat
Dimana banyak orang yang berbuat segala macam perkara dan dosa
Ditempat dimana orang yang hanya menghamburkan uang untuk pergi keluar negeri, akan tetapi mereka tidak pernah melihat dan mendengar …
Penderitaan, jeritan dan rintihan tangis saudara-saudara kami
Yang tertimpa bencana dan Musibah …
Dengar dan ingatlah …!!
Kami sudah bosan dengan ucapan bela sungkawa, simpati dan empati belaka …

Tuhan tolong hentikan … ?
Detik-detik duka yang berpacu pada saudara kami
Tuhan tolong dengarkan … ?
Hingar tangis dan keras jeritan tak puas
Dari mereka yang resah bertanya

Begitu berat beban yang Kau datangkan pada mereka disana
Debu dan panasnya lahar datang menghanguskan bumi mereka …
Gulungan gelombang laut dan derasnya desir air bah yang meluluh lantakan
Kesentausaan dan kebahagiaan mereka …
Tuhan mengapa Engkau begitu murka
Apakah ini Adzab-MU wahai Tuhan sang maha Pengasih
Sungguh aku tak mengerti ... ?
Tuhan ampunilah dan maafkanlah diriku dan saudara-saudara kami

Wahai saudara-saudaraku yang berbahagia dan sejahtera
Ulurkan tangan bantulah sesamamu


Terima kasih,
By : WAWAN 05 November 2010

Rabu, 03 November 2010

GUNUNG MERAPI DAN KONSISTENSI MBAH MARIJAN MERUPAKAN SIMBOL MITOS YANG HARUS DITAULADANI OLEH BANGSA INDONESIA

Sore hari 26 Oktober 2010 Gunung Merapi kembali menumpahkan wedus gembelnya dibelahan wilayah Jawa Tengah, banyak saudara-saudara kita disana mengalami dampak dari bencana meletusnya gunung merapi tersebut.
Fenomena bencana alam yang terjadi secara bersamaan dinegeri ini merupakan sebuah musibah yang benar-benar terjadi karena analisasi dan rekontruksi yang terhitung secara rinci atas faktor-faktor perubahan dari alam itu sendiri yang sama-sama tidak dikehendaki atau diinginkan oleh kita semua, akan tetapi kehidupan alam merupakan bukti gejolak-gejolak perubahan yang harus kita jadikan hikmah dan pelajaran bagi umat manusia yang hidup ditanah air tercinta ini, untuk lebih memperhatikan, memelihara dan mencintai, lingkungan dengan serta mertanya.
Dengan fenomena bancana alam yang terjadi saat ini secara tidak sadar semua lebih banyak tertuju pada bencana meletusnya gunung merapi, padahal bencana alam yang terjadi banyak bermunculan di beberapa wilayah negara Indonesia, dari bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan gunung meletus.

Ada apakah dengan Merapi dan Mbah Marijan?
Kedua fenomena ini adalah dua sisi yang seakan-akan tidak terpisahkan, secara kajian ilmiah (fisik) hubungan kedua sisi tersebut tidak ada kaitannya, karena kodrat kehidupan benda alam dengan manusia sangat berbeda, akan tetapi kalau kita kaji dari tinjauan metafisik atau unsur hidup kedua sisi tersebut sebaliknya sangat terkait sekali dan saling berhubungan.
Dengan kesempurnaan akal fikiran manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan wujud keterkaitan antara hidup alam dan manusia untuk mengetahui hakekat Tuhan adalah Dzat atau Maha Hidup yang kekal abadi, substansinya bahwa manusia itu berkewajiban melaksanakan Sunnatullah memelihara, menjaga, memperhatikan dan mencintai lingkungan serta alam semesta ini. Jadi mengenai mitos angka 26 yang ramai dibicarakan oleh para ahli metafisika itu sebenarnya hanya sebuah simbol ajakan kepada kita sebagai peringatan atas rangkaian bukti peristiwa yang tejadi.
Apalagi kalau dikaji dari kata filsafat bahasa arab yaitu NAR dan NUR, Merapi asal dari kata NAR yang artinya Api, sedangkan sosok kuncen Mbah Marijan yang sederhana, jujur, konsisten, sahaja, polos dan apa adanya merupakan penggambaran dari asal kata NUR yang artinya Cahaya, keterkaitannya semakin menjadikan makna yang senantisa berdampingan dan tak terpisahkan. Namun yang harus kita sadari sejogianya bukan hanya masalah mitos atau lain-lainnya.

Gunung Merapi adalah sebuah lambang emosional yang berapi-api dari makhluq atau benda alam yang mempunyai kekuatan hidup dan produktif magmanya yang terkandung diperut bumi. Maka pada saat bergejolak dialam kehidupannya seakan berontak ingin meluapkan kemarahannya juga sama yang dirasakan oleh alam–alam lainnya, seperti bumi berontak dengan longsor dan gempanya, lautan menghamparkan dengan tekanan gelombangnya, langit menurunkan dengan deras hujannya, angin menghamburkan dengan dahsyat pusaran badainya dan sebagainya.
Disinilah kita sebagai manusia yang dimuliakan dan disempurnakan oleh Tuhan sang Pencipta dengan akal fikirannya bertugas untuk memperhatikan baik secara fisik maupun metafisik tentang gejolak-gejolak alam yang sudah bermunculan saat ini.

Sosok Mbah Marijan menjadi bukti atau tauladan yang terpilih atas pemilik Dzat atau Maha Hidup ini sebagai pertimbangan dan pemikiran logis yang harus dierima oleh bangsa kita. Beliau sebagai Abdi dalem keraton Jogjakarta atau kuncen yaitu sebuah jabatan informal tanpa harus memiliki gaji jutaan rupiah, fasilitas mewah dan tunjangan kesejahteraan lainnya layaknya para pemimpin formal di Negeri kita ini, walaupun hanya berbeda sistem, skema dan mekanisme tanggung jawab pekerjaan yang diembannya sebagai amanah. Tapi disini yang harus patut kita fahamai dan tauladani bersama dari seorang Mbah Marijan adalah kesederhanaan, kesahajaan dan konsistensinya yang penuh rasa tanggung jawabnya pada sebuah tugas yang diembannya sebagai Abdi Dalem atau kuncen. Beliau mengakui dirinya hanya sebagai manusia biasa yang tak luput dari segala kesalahan, tidak mempunyai kelebihan dan yang menjadi pembelajaran untuk kita bersama adalah pengakuan dirinya adalah pendidikan sekolahnya SD pun tidak tamat, akan tetapi sosok Mbah Marijan tetap teguh dan mempunyai rasa tanggung jawabnya sebagai kuncen Gunung Merapi, jadi beliau sepertinya lebih enjoy untuk menikmati hidupnya yang tidak mau terkontaminasi dengan hal-hal lain yang dapat mengganggu serta menghalangi perjalanan tugas amanahnya.
Dengan sifat kesederhanaan, kesahajaan dan konsistensinya sosok Mbah Marijan itulah yang patut kita contoh dan dijadikan aspirasi oleh anak bangsa atau pengabdi negara yang mempunyai tugas serta tanggung jawab sebagai pemimpin di Negeri ini.
Bumi negeri kita dan Alam semesta raya yang hidup ini telah mencatat sejarah dan ajaran yang ditanamkan oleh sujudnya Mbah Marijan saat hidupnya berakhir dengan seiring luapan lahar panasnya Gunung Merapi.

Peristiwa dan sejarah dinegeri kita ini seharusnya kita jadikan referensi dan orientasi untuk membangun Indonesia, tanpa terkontaminasinya oleh kepentingan-kepentingan belaka. Kesederhanaan, kesahajaan dan konsisitensi-lah yang harus di miliki oleh jiwa pemimpin-pemimpin kita, maka kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini akan segera terwujud meskipun sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akan dirasakan oleh bangsa ini.
Sadar dan ingatlah saudara, para tokoh-tokoh mulia dinegeri ini satu demi satu telah meniggalkan kita semua, perhatikan dan belajarlah pada keluhuran serta kemulian yang telah diajarkan oleh sosok tokoh-tokoh bangsa ini.
Bumi. Gunung-gunung dan lautan nusantara ini adalah karunia kekayaan dari sang Pencipta yang harus kita pelihara dan kita jaga bersama, jangan hanya dieksploitasi dan dijual dengan alasan kepentingan semata.

Selamat jalan Mbah Marijan … !!
Doa tulus kami semua mengiringi kepergianmu menuju keagungan Illahi … !!
Redamkan dan diamkanlah amarahmu wahai Merapi … !!



By : WAWAN .K
30 Oktober 2010

Email :
onekarya@gmail.com